Jumat, 29 Agustus 2014

Silsilah

Silsilah Keluarga Besar 
Ki Ageng Rante Kencono Wulung
(Yunus Brawijaya, Pak Lambu, Sonto Wijoyo, Kek Sonto, Kek Kasan Sonto, Ki Ageng Benawi)

Pengantar
Puji syukur Alhamdulillah penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, karena pada hari ini Jum'at Kliwon tanggal 29 Agustus 2014 (Sedekah bumi dan Haul Ki Ageng Rante Kencono Wulung tahun 2014) penulis telah selesai memasukkan data keluarga besar Ki Ageng Rante Kencono Wulung yang berjumlah lebih dari 600 KK (1700-an orang). Banyak sekali generasi muda saat ini yang tidak begitu mengenal dan peduli terhadap nenek moyangnya. Rata-rata yang dikenal hanya sampai mbah-nya saja (2 keturunan ke atas).
Di samping itu banyak sekali kerabat yang menanyakan apakah buku silsilah keluarga besar Yunus Brawijaya peninggalan ayahanda H. Sjahruman bin Djauhar bin H. Umar masih dan bisa di pinjam untuk difoto copy.
Penulis terdorong untuk menulis kembali data keluarga besar Ki Ageng Rante Kencono Wulung dalam versi digital (format PDF) dan mengupload ke blog ini. Data ini merupakan hasil kerja keras ayahanda yang berusaha mengumpulkan informasi silsilah keluarga mulai hari Minggu Legi tanggal 28 februari 1965 sampai tahun 2002 dan berhasil membuat buku sederhana dengan mesin ketik manual pada tanggal Jum'at Kliwon tanggal 14 Dzul Qo'dah 1423 H bertepatan dengan tanggal 17 Januari 2003 (Sedekah bumi dan Haul Ki Ageng Rante Kencono Wulung tahun 2003)..Harapan beliau agar para generasi muda untuk aktif melaksanakan silaturrahim kepada para sesepuh, atau yang dituakan dalam silsilah ini agar silaturrahim tidak terputus, terbentuk satu kesatuan untuk meneruskan cita-cita para leluhur, sehingga cita-cita perjuangan leluhur tidak terputus ditengan jalan. Semoga dengan iringan do'a para leluhur, generasi penerus dapat meneruskan program cita-cita para leluhur. 

Sumber Data Pokok 
Dalam penyusunan buku silsilah keluarga besar ini ayahanda melakukan wawancara dengan keturunan dari Ki Ageng Rante Kencono Wulung dan Keluarga Lain yang menikah dengan orang Pekalongan, diantaranya:
  1. Parkum Bin H. Jupri Pekalongan, Kluwung - Tambakromo.
  2. K. Abu Thoyib bin H. Umar, Pekalongan Winong
  3. H. Hamzah bin H. Asy'ari, Pekalongan Winong
  4. Asyhuri bin H. Ridlwan, Pekalongan Winong
  5. Asnawi bin H. Hasan Winong, Palembang
  6. H. Asyhuri bin H. Syukur, Pekalongan Winong
  7. H. Asnawi Kariman, Winong
  8. H. Sunawi bin Suro Samin, Winong
  9. Hasyim Kartowidjojo, Winong
  10. Zaini Dakiman, Pekalongan
  11. Sutik Muknir bin Mukri, Suwaduk
  12. H. Lasdi Amar, Kertomulyo Margoyoso
  13. Sofwan Amar, Sarimulyo Winong
  14. Ruslan bin Karmidin, Pekalongan Winong
  15. Abbas bin H. Abu Bakar, Pekalongan Winong
  16. Sudjono bin Mastam, Pekalongan Winong
  17. Aspar bin Rusman, Pekalongan Winong
  18. Djumini bin H. Hasan, Pekalongan Winong
  19. Sarimonah binti H. Umar, Triguno Pucakwangi
  20. Warti (Mbah Melik), Triguno Pucakwangi
  21. Djuhari bin Dariyo, Pekalongan Winong 
Silsilah Keturunan Ki Ageng Rante Kencono Wulung
Penulis mohon agar kerabat yang namanya belum tercantum bersedia memberikan informasi kepada penulis untuk menyempurnakan silsilah keluarga besar ini, serta mohon maaf dan koreksinya jika ada kesalahan dalam pembuatan silsilah ini.

Anak, cucu dan buyut Ki Ageng Rante Kencono Wulung
Anak dari Mbah Lambu
  • Keluarga Besar Setronyono bin Lambu
  • Keluarga Besar Zaenal Abidin bin Lambu
  • Keluarga Besar Kasan Mudjarot bin Lambu
  • Keluarga Besar Musthofa bin Lambu
  • Keluarga Besar Tawi binti Lambu
Anak dari Mbah Sastro Leksono
  • Keluarga Besar Dunak (Hj. Aminah) binti Sastro Leksono
  • Keluarga Besar Dunuk binti Sastro Leksono
  • Keluarga Besar H.Umar Blangkeyan bin Sastro Leksono
  • Keluarga Besar H. Thohir Tawung bin Sastro Leksono
  • Keluarga Besar Asih binti Sastro Leksono
  • Keluarga Besar Esri binti Sastro Leksono
  • Keluarga Besar H. Ismail bin Sastro Leksono
Anak dari Mbah Sayyidin
  • Keluarga Besar Tirto Senawi bin Sayyidin
  • Keluarga Besar Ngapiyah binti Sayyidin
Anak dari Mbah Sakidin
  • Keluarga Besar Aspiyah binti Sakidin
  • Keluarga Besar Yahya bin Sakidin
  • Keluarga Besar Sukimah binti Sakidin

Minggu, 24 Agustus 2014

RIWAYAT

DESA PEKALONGAN
KECAMATAN WINONG KABUPATEN PATI

Desa Pekalongan adalah sebuah Desa yang berimpitan dengan Desa Winong, Kecamatan Winong, yang pada zaman dahulu sudah kelihatan terjalin kerukunan antar desa dengan bukti kenyataan mendirikan Pasar Umum dan Pasar Hewan (Pasar Sapi) secara rukun separoh pasar adalah tanah Desa Pekalongan dan separo pasar tanah Desa Winong Dukuh Pecangaan.
Yang sampai sekarang Status Pasar menjadi Pasar Otonomi Daerah Kabupaten Pati.
LOKASI DESA PEKALONGAN
Lokasi Desa Pekalongan Kecematan Winong, disebelah Tenggara Kota Kabupaten Pati dengan jarak tempuh 16 km, kira kira perjalanan yang harus ditempuh dari Kota Pati, lebih kurang selama 20 menit.
Konon pada waktu dahulu menurut ceritera para sesepuh yang telah meninggal dunia, nama Desa Pekalongan tersebut semula adalah Desa “SIDI PURA” Yang diartikan pada waktu itu :
SIDI          : Tempat untuk semedi ( Hindu )
PURA        : -  Tempat Ibadah Agama Hindu, tempat terbuka tidak beratap.
                   -    Diartikan pula tempat untuk minta "ngapura" ampunan dari Yang Mahn Esa.
SIDIPURA : Tempat untuk semedi, untuk minta ampunan kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar tujuan yang dimaksudkan dapat dikabulkan.
RANTE KENC0N0 WULUNG
Konon menurut ceritera turun temurun di Daerah Pati – Jepara terdapat 5 (lima) orang bersaudara berasal dari Jawa Timur yang berjuang menentang Penjajahan Belanda dan menegakkan Ajaran Agama Islam, adapun lima bersaudara itu adalah :
1.   KI AGENG TULUNGAGUNG
Lokasinya di Puncak Gunung Tulungagung Jawa Timur, terkenal dengan sebutan Pertapan Janoko.
Menurut keterangan Ki Ageng Tulungagung, hilang murco.
2.   KI AGENG TUNGGUL WULUNG
Memilih tempat untuk menyusun kekuatan lahir maupun bathin pada Jaman Perang Serang, bertahan di Gunung Pati Ayam Kec Margorejo Kabupaten Pati.
3.   KI AGENG SUTO BONDO
Dikenal dengan sebutan KI AGENG SUTO DJIWO, dengan tugas menghitung kekuatan jiwa / prajurit (CACAH DJIWO) di kawasan Jepara.
Pusat kekuatan disusun di desa Bondo Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara, menurut keterangan Riwayat Ki Ageng Suto Djiwo hilang murco.
4.   KI AGENG CITRO KUSUMO DIDJOJO
Dikenal pula dengan KANJENG BUPATI JEPARA.
Karena keagungan, keteguhan Citro Kusumo Didjojo, mendapat penghargaan berupa hadiah puteri dari Mataram yang nenjadi isterinya bernama : SEKAR KEDATON yang kemudian diangkat menjadi Senopati, yang berakhir menjadi Bupati Jepara.
Citro Kusumo Didjojo, mempunyai anak bernama RADEN BAGUS KLINTING DJUGIL MUDA, yang diberi wewenang dan bertugas sebagai Penguasa Laut Utara (Laut Djawa).
5.   KI AGENG RANTE KENCONO WULUNG
Dalam mengatur strategi pertahanan dan pertempuran dan Da'wah Islamiyah, oleh kakak kakaknya, Rante Kencono Wulung diberi tugas untuk mengatur pertahanan di Wilayah Pati Selatan, tepatnya strategi diatur di Desa Sidipura menyusun kekuatan bersama dan membantu KI AGENG BENOWO yang berlokasi ditengah hutan Marataka Desa Watesadji Kecamatan Pucakwangi.
Ki Ageng Benowo adalah Prajurit dari Mataram (Pangeran Diponegara) yang berasal dari Tuban Jawa Timur.
Konon aselinya bernama : DJA'FAR SIDIK ( Wali Dja'far Sidik ).
Sedangkan Ki Ageng Rante Kencono Wulung adalah saudara seperjuangan Dja’far Sidik, diberi nama paraban : KI AGENG BENAWI.
PENYEBAR AGAMA ISLAM
Menurut Sejarah di Jawa Tengah pemegang kekuasaan Kerajaan yang sekaligus sebagai pelopor penyebar Agama Islam, dimulai sejak Jaman SULTAN AGUNG dengan dikenal Kerajaan MATARAM ISLAM yang diteruskan sampai Jaman Perang PANGERAN DIPONEGARA (Tahun 1825-1835).
Di Jawa Timur , pemegang Kekuasaan Kerajaan Hindu Majapahit beralih ke Kerajaan Islam, mulai sejak Jaman BRAWIJAYA V mengangkat RADEN PATAH menjadi Adipati Demak Bintoro yang berakhir dengan berdirinya Kerajaan Islam DEMAK BINTORO dengan Raja RADEN PATAH yang terkenal dengan SULTAN PATAH.
Mulai Jaman Sultan Patah, Kerajaan Islam Demak Bintoro , memfungsikan kebersamaan antara Umaro' dengan Ulama ditandai pula dengan Simbul Lambang Kerajaan Islam Demak memakai Lambang burung RAJA WALI. Yang mempunyai arti kebersamaan antara RAJA (PEMERINTAHAN) dengan WALI (WALI SONGO - ULAMA).
Sampai sekarang Rurung Rajawali yang masih ada, khususnya Rajawali Jawa, hanya di Daerah Karimunjawa (Pulau ditengah Laut disebelah Utara Kota Demak, masuk wilayah Kabupaten Jepara ).

JAMAN PERANG PANGERAN DIPONEGARA
Pada Jaman Perang Diponegara ( 1825-1835 ) Belanda banyak mengalami kekalahan, termasuk yang terakhir peperangan di Imogiri dan Prambanan.
Untuk mencapai kemenangan dalam Perang Diponegoro, Jenderal De Kock di Magelang minta bantuan kepada Jenderal Vaan Geen di Sulawesi yang terkenal sangat kejam, untuk memperkuat pasukan Belanda dalam menghadapi Pasukan Pangeran Diponegara.
Berita penggabungan Pasukan Belanda ini sangat membangkitkan perjuangan rakyat untuk melawan Belanda. Kebangkitan perjuangan rakyat ini berkembang sampai di Semarang yang dipimpin oleh Pangeran Serang, terkenal dengan Perang Serang.
Berkembang gerakan ini utamanya di pesisir Utara mulai dari Semarang, Jepara, Rembang, Blora dan Bojonegara. Pasukan Pangeran Serang bergabung dengan Pangeran Kartodirdjo yang memimpin Pasukan Rakyat Sukawati, mengobarkan perang rakyat di daerah Bojonegara, Blora, Pati, Rembang dan sekitarnya.
Pesisir Utara mulai dari Seraarang, Jepara, Pati, Rembang, Blora dan Bodjonegara, dikobarkan semangat untuk melawan Penjajahan Belanda.
Disamping semangat melawan Penjajahan Belanda, para pejuang pasukan rakyat juga dlbekali dengan keberanian, kekebalan yang dllandasi dengan Ajaran Agama Islam
PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI DESA SIDIPURA

Sekitar tahun 1835 - 1900, tersirat di Desa Sidipura yang dikenal sekarang dengan Desa Pekalongan, terdapat empat bersaudara seibu seayah yang keturunannya adalah penerus perjuangan menyebarkan Agama Islam yang masih tampak jelas sampai sekarang baik di bidang keberanian, kanuragan, ibadah maupun pemerintahan, kemasyarakatan dan tidak kalah pentingnya dibidang perlawanan terhadap penjajahan Belanda, Komunis maupun musuh-musuh rakyat.
Mereka itu adalah :
1.     LAMBU, yang mempunyai keturunan dan berkembang sampai anak cucu, anak anaknya adalah :
Setronyono, Zaenal Abidin, Kasan Mudjarot, Mushtofa dan Tawi.
Sampai sekarang sudah enam keturunan.
2.     SASTRO LEKSONO, ( Kamituwa ) yang mempunyai anak :
  • Dunak ( Desa Winong )
  • Dunuk ( Desa Winong )
  • H.Umar ( Desa Tambahmulyo Dukuh Blongkeyan )
  • H.Tahir ( Desa Tawangrejo Winong )
  • Asih ( Desa Pekalongan )
  • Esri ( Desa Pekalongan ) dan
  • Ismail ( Desa Pekalongan )

sampai saat sekarang sudah mempunyai enam keturunan.

3.    SAYYIDIN, menikah dengan SIMAH dari Dk. Donglo Desa Guyangan Kec Winong, mempunyai anak :
  • Tirto Senawi ( Winong )
  • Ngapiyah ( Winong )

berkembang di Desa Winong dan Pekalongan sampai enam keturunan
4.  SAKIDIN, mempunyai anak sebanyak :
-     Aspiyah ( Desa Pekalongan )
-    Yahya ( Desa Pekalongan )
-     Sukimah ( Desa Pekalongan )
semuanya beranak cucu sampai sekarang enam keturunan
Menurut keterangan dan ceritera para sesepuh desa Pekalongan baik yang sekarang sudah meninggal rnaupun yang masih hidup, dari beberapa keterangan disebutkan bahwa;
  1. Keempat bersaudara tersebut adalah anak dari PAK LAMBU, menurut istilah kuno, disebutkan karan anak. ( menyebutkan seseorang dengan panggilan anak yang pertama kali : Pak......................... ( anak pertama )
  2. Keempat bersaudara tersebut adalah anak dari : KEK SONTO, atau dapat dipanggil KEK KASAN SONTO Menurut panggilan kebiasaan kuno, setiap nama diberi tambahan KASAN atau MUHAMMAD atau AHMAD
  3. Keempat bersaudara tersebut ada juga yang bercerita bahwa bapaknya bernama : SONTO WIDJOJO, nama Jawa yang di indentikkan dengan nama-nama dari Mataram.
  4. Keempat bersaudara tersebut juga ada yang menamakan bapaknya : YUNUS BRAWIDJOJO. Nama ini di temukan dalam Kitab Kuno tulisan Arab dengan tulisan tangan, tertulis pemiliknya adalah : YUNUS BRAWIDJOJO. Kitab tersebut ditumpuk bersama Al Qur'an di sebuah Langgar yang didirikan oleh KASAN MUDJAROT bin LAMBU bin PAK LAMBU yang kemungkinan besar PAK LAMBU adalah YUNUS BRAWIDJOJO, pemilik Kitab yang diwarisi cucunya bernama KASAN MUDJAROT.
Siapakah gerangan penyebar Agama Islam yang pertama kali di Desa Sidipuro (Pekalongan), yang juga sekaligus Pasukan Rakyat yang menentang Penjajahan Belanda pada Jaman setelah Perang Diponegara, yang digerakkan oleh Pangeran Serang dan Pangeran Kartodirjo di Daerah Pati :
  • Disamping KI AGENG TUNGGUL WULUNG di Gunung Pati ayam,
  • Kelahiran Jawa Timur ( asal dari Jawa Timur ),
  • Seperjuangan atau saudara seperjuangan dengan Pangeran Benowo (Marataka) yang aselinya bernama KI AGENG DJA'FAR SIDIK juga dari Tuban Jawa Timur, 
tidak ada yang lain hanya : KI AGENG BENAWIKI AGENG RANTE KENCONO WULUNG.
Setelah dianalisa berdasarkan ceritera lama dari para sesepuh terdahulu dan uraian teraebut diatas, ayah dari empat bersaudara (LAMBU, SASTRO LEKSONO, SAYYIDIN, SAKIDIN) tersebut di atas adalah :

KI AGENG RANTE KENCONO WULUNG
yang mempunyai nama-nama (alias) :
KEK SONTO, KEK KASAN SONTO, SONTO WIJOYO, 
YUNUS BRAWIDJOJO, KI AGENG BENAWI.
adik dari KI AGENG TULUNGAGUNG - Jawa Timur anak dari KI AGENG SA'ID ( WALI SA'ID ) Kediri.
Demikianlah uraian singkat tentang Desa Pekalongan sebagai sumber Tokoh Penyebar Agama Islam dan Pejuang Bangsa, apabila tulisan ini mendekati kebenarannya semoga bermanfaat bagi masyarakat Desa Pekalongan dan membawa berkah, dan apabila terdapat kekurangan atau kesalahan informasi, mohon untuk disampaikan saran saran, tambahan demi keutuhan riwayat atau sejarah secara terpadu dan terkait.
      Pekalongan, Jum'ah Kliwon
14 Dzul Qo'dah 1423
17 Januari 2003
PENULIS


SJAHRUMAN DJAUHAR
NPP. 150029185000