DESA PEKALONGAN
KECAMATAN WINONG
KABUPATEN PATI
Desa Pekalongan adalah sebuah Desa yang
berimpitan dengan Desa Winong, Kecamatan Winong, yang pada zaman dahulu sudah
kelihatan terjalin kerukunan antar desa dengan bukti kenyataan mendirikan Pasar
Umum dan Pasar Hewan (Pasar Sapi) secara rukun separoh pasar adalah tanah Desa
Pekalongan dan separo pasar tanah Desa Winong Dukuh Pecangaan.
Yang sampai sekarang Status Pasar menjadi
Pasar Otonomi Daerah Kabupaten Pati.
LOKASI DESA PEKALONGAN
Lokasi Desa Pekalongan
Kecematan Winong, disebelah Tenggara Kota Kabupaten Pati dengan jarak tempuh 16
km, kira kira perjalanan yang harus ditempuh dari Kota Pati, lebih kurang
selama 20 menit.
Konon pada waktu dahulu
menurut ceritera para sesepuh yang telah meninggal dunia, nama Desa Pekalongan
tersebut semula adalah Desa “SIDI PURA” Yang diartikan pada waktu itu :
SIDI :
Tempat untuk semedi ( Hindu )
PURA : -
Tempat Ibadah Agama Hindu, tempat terbuka tidak beratap.
- Diartikan pula tempat
untuk minta "ngapura" ampunan dari Yang Mahn Esa.
SIDIPURA : Tempat untuk semedi, untuk minta
ampunan kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar tujuan yang dimaksudkan dapat
dikabulkan.
RANTE KENC0N0 WULUNG
Konon menurut ceritera turun temurun di
Daerah Pati – Jepara terdapat 5 (lima) orang bersaudara berasal dari Jawa Timur
yang berjuang menentang Penjajahan Belanda dan menegakkan Ajaran Agama Islam,
adapun lima bersaudara itu adalah :
1.
KI AGENG TULUNGAGUNG
Lokasinya di Puncak
Gunung Tulungagung Jawa Timur, terkenal dengan sebutan Pertapan Janoko.
Menurut keterangan Ki
Ageng Tulungagung, hilang murco.
2.
KI AGENG TUNGGUL WULUNG
Memilih tempat untuk
menyusun kekuatan lahir maupun bathin pada Jaman Perang Serang, bertahan di
Gunung Pati Ayam Kec Margorejo Kabupaten Pati.
3.
KI AGENG SUTO BONDO
Dikenal dengan sebutan KI AGENG SUTO
DJIWO, dengan tugas menghitung kekuatan jiwa / prajurit (CACAH DJIWO) di
kawasan Jepara.
Pusat kekuatan disusun di desa Bondo
Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara, menurut keterangan Riwayat Ki Ageng Suto
Djiwo hilang murco.
4.
KI AGENG CITRO KUSUMO DIDJOJO
Dikenal pula dengan KANJENG BUPATI JEPARA.
Karena keagungan, keteguhan Citro Kusumo
Didjojo, mendapat penghargaan berupa hadiah puteri dari Mataram yang nenjadi isterinya
bernama : SEKAR KEDATON yang kemudian diangkat menjadi Senopati, yang berakhir
menjadi Bupati Jepara.
Citro Kusumo Didjojo, mempunyai anak bernama RADEN BAGUS KLINTING
DJUGIL MUDA, yang diberi wewenang dan bertugas sebagai Penguasa Laut Utara (Laut
Djawa).
5.
KI AGENG RANTE KENCONO WULUNG
Dalam mengatur strategi pertahanan dan pertempuran dan Da'wah
Islamiyah, oleh kakak kakaknya, Rante Kencono Wulung diberi tugas untuk
mengatur pertahanan di Wilayah Pati Selatan, tepatnya strategi diatur di Desa
Sidipura menyusun kekuatan bersama dan membantu KI AGENG BENOWO yang berlokasi
ditengah hutan Marataka Desa Watesadji Kecamatan Pucakwangi.
Ki Ageng Benowo adalah Prajurit dari Mataram (Pangeran Diponegara)
yang berasal dari Tuban Jawa Timur.
Konon aselinya bernama : DJA'FAR SIDIK ( Wali Dja'far Sidik ).
Sedangkan Ki Ageng Rante Kencono Wulung adalah saudara seperjuangan Dja’far Sidik,
diberi nama paraban : KI AGENG BENAWI.
PENYEBAR AGAMA ISLAM
Menurut Sejarah di Jawa Tengah pemegang kekuasaan Kerajaan yang
sekaligus sebagai pelopor penyebar Agama Islam, dimulai sejak Jaman SULTAN
AGUNG dengan dikenal Kerajaan MATARAM ISLAM yang diteruskan sampai Jaman Perang
PANGERAN DIPONEGARA (Tahun 1825-1835).
Di
Jawa Timur , pemegang Kekuasaan Kerajaan Hindu Majapahit beralih ke Kerajaan
Islam, mulai sejak Jaman BRAWIJAYA V mengangkat RADEN PATAH menjadi Adipati Demak Bintoro yang berakhir dengan berdirinya Kerajaan Islam DEMAK BINTORO dengan Raja RADEN PATAH yang terkenal dengan SULTAN PATAH.
Mulai
Jaman Sultan Patah, Kerajaan Islam Demak Bintoro , memfungsikan kebersamaan
antara Umaro' dengan Ulama’ ditandai pula dengan Simbul Lambang
Kerajaan Islam Demak memakai Lambang burung RAJA WALI. Yang
mempunyai arti kebersamaan antara RAJA (PEMERINTAHAN) dengan WALI (WALI SONGO - ULAMA).
Sampai
sekarang Rurung Rajawali yang masih ada, khususnya Rajawali Jawa, hanya di
Daerah Karimunjawa (Pulau ditengah Laut disebelah Utara Kota Demak, masuk wilayah
Kabupaten Jepara ).
JAMAN
PERANG PANGERAN DIPONEGARA
Pada
Jaman Perang Diponegara ( 1825-1835 ) Belanda banyak mengalami kekalahan, termasuk
yang terakhir peperangan di Imogiri dan Prambanan.
Untuk
mencapai kemenangan dalam Perang Diponegoro, Jenderal De Kock di Magelang minta
bantuan kepada Jenderal Vaan Geen di Sulawesi yang terkenal sangat kejam, untuk
memperkuat pasukan Belanda dalam menghadapi Pasukan Pangeran Diponegara.
Berita
penggabungan Pasukan Belanda ini sangat membangkitkan perjuangan rakyat untuk
melawan Belanda. Kebangkitan perjuangan rakyat ini berkembang sampai di Semarang
yang dipimpin oleh Pangeran Serang, terkenal dengan Perang Serang.
Berkembang
gerakan ini utamanya di pesisir Utara mulai dari Semarang, Jepara, Rembang,
Blora dan Bojonegara. Pasukan Pangeran Serang bergabung dengan Pangeran Kartodirdjo
yang memimpin Pasukan Rakyat Sukawati, mengobarkan perang rakyat di daerah
Bojonegara, Blora, Pati, Rembang
dan sekitarnya.
Pesisir Utara mulai dari Seraarang, Jepara, Pati, Rembang, Blora
dan Bodjonegara, dikobarkan semangat untuk melawan Penjajahan Belanda.
Disamping semangat melawan Penjajahan Belanda, para pejuang
pasukan rakyat juga dlbekali dengan keberanian, kekebalan yang dllandasi dengan
Ajaran Agama Islam
PENYEBARAN
AGAMA ISLAM DI DESA SIDIPURA
Sekitar tahun 1835 - 1900, tersirat di Desa Sidipura yang dikenal
sekarang dengan Desa Pekalongan, terdapat empat bersaudara seibu seayah yang keturunannya
adalah penerus perjuangan menyebarkan Agama Islam yang masih tampak jelas
sampai sekarang baik di bidang keberanian, kanuragan, ibadah maupun pemerintahan,
kemasyarakatan dan tidak kalah pentingnya dibidang perlawanan terhadap penjajahan Belanda, Komunis maupun musuh-musuh
rakyat.
Mereka itu adalah :
1.
LAMBU,
yang mempunyai keturunan dan berkembang sampai anak cucu, anak anaknya adalah :
Setronyono,
Zaenal Abidin, Kasan Mudjarot, Mushtofa dan Tawi.
Sampai
sekarang sudah enam keturunan.
2. SASTRO
LEKSONO, ( Kamituwa ) yang mempunyai anak :
- Dunak
( Desa Winong )
- Dunuk
( Desa Winong )
- H.Umar
( Desa Tambahmulyo Dukuh Blongkeyan )
- H.Tahir
( Desa Tawangrejo Winong )
- Asih
( Desa Pekalongan )
- Esri
( Desa Pekalongan ) dan
- Ismail ( Desa Pekalongan )
sampai
saat sekarang sudah mempunyai enam keturunan.
3. SAYYIDIN,
menikah dengan SIMAH dari Dk. Donglo Desa Guyangan Kec Winong, mempunyai anak :
- Tirto
Senawi ( Winong )
- Ngapiyah
( Winong )
berkembang
di Desa Winong dan Pekalongan sampai enam keturunan
4. SAKIDIN,
mempunyai anak sebanyak :
- Aspiyah
( Desa Pekalongan )
- Yahya
( Desa Pekalongan )
-
Sukimah
( Desa Pekalongan )
semuanya
beranak cucu sampai sekarang enam keturunan
Menurut
keterangan dan ceritera para sesepuh desa Pekalongan baik yang sekarang sudah meninggal
rnaupun yang masih hidup, dari beberapa keterangan disebutkan bahwa;
- Keempat
bersaudara tersebut adalah anak dari PAK LAMBU,
menurut istilah kuno, disebutkan karan anak. ( menyebutkan seseorang dengan panggilan anak yang pertama kali : Pak......................... ( anak pertama
)
- Keempat
bersaudara tersebut adalah anak dari : KEK SONTO,
atau dapat dipanggil KEK KASAN SONTO Menurut
panggilan kebiasaan kuno, setiap nama diberi tambahan KASAN atau MUHAMMAD atau
AHMAD
- Keempat
bersaudara tersebut ada juga yang bercerita bahwa bapaknya bernama : SONTO
WIDJOJO,
nama Jawa yang di indentikkan dengan nama-nama dari Mataram.
- Keempat
bersaudara tersebut juga ada yang menamakan bapaknya : YUNUS BRAWIDJOJO. Nama ini di temukan dalam Kitab Kuno tulisan Arab dengan tulisan
tangan, tertulis pemiliknya adalah : YUNUS BRAWIDJOJO. Kitab tersebut ditumpuk bersama Al Qur'an di sebuah Langgar yang
didirikan oleh KASAN MUDJAROT bin LAMBU bin PAK LAMBU yang kemungkinan besar
PAK LAMBU adalah YUNUS BRAWIDJOJO, pemilik Kitab yang diwarisi cucunya bernama
KASAN MUDJAROT.
Siapakah gerangan penyebar Agama Islam yang pertama kali di Desa
Sidipuro (Pekalongan), yang juga sekaligus Pasukan Rakyat yang menentang
Penjajahan Belanda pada Jaman setelah Perang Diponegara, yang digerakkan oleh
Pangeran Serang dan Pangeran Kartodirjo di Daerah Pati :
- Disamping
KI
AGENG TUNGGUL WULUNG
di Gunung Pati ayam,
- Kelahiran
Jawa Timur ( asal dari Jawa Timur ),
- Seperjuangan
atau saudara seperjuangan dengan Pangeran Benowo (Marataka) yang aselinya
bernama KI AGENG DJA'FAR SIDIK juga dari Tuban Jawa Timur,
tidak ada yang lain hanya : KI AGENG BENAWI – KI AGENG RANTE KENCONO WULUNG.
Setelah
dianalisa berdasarkan ceritera lama dari para sesepuh terdahulu dan uraian
teraebut diatas, ayah dari empat bersaudara (LAMBU, SASTRO LEKSONO, SAYYIDIN,
SAKIDIN) tersebut di atas adalah :
KI
AGENG RANTE KENCONO WULUNG
yang
mempunyai nama-nama (alias) :
KEK SONTO, KEK KASAN SONTO, SONTO WIJOYO,
YUNUS BRAWIDJOJO, KI AGENG BENAWI.
adik dari KI AGENG TULUNGAGUNG - Jawa Timur anak dari KI AGENG
SA'ID ( WALI SA'ID ) Kediri.
Demikianlah
uraian singkat tentang Desa Pekalongan sebagai sumber Tokoh Penyebar Agama
Islam dan Pejuang Bangsa, apabila tulisan ini mendekati kebenarannya semoga
bermanfaat bagi masyarakat Desa Pekalongan dan membawa berkah, dan apabila
terdapat kekurangan atau kesalahan informasi, mohon untuk disampaikan saran
saran, tambahan demi keutuhan riwayat atau sejarah secara terpadu dan terkait.
Pekalongan,
Jum'ah Kliwon
14
Dzul Qo'dah 1423
17 Januari 2003
PENULIS
SJAHRUMAN DJAUHAR
NPP. 150029185000